Sebut saja Anugerah

“Hanya penikmat curahan hati mu saja.” — kekejaman lain yang ia lancarkan tanpa dosa.

Sungguh begitu bermurah hati, dengan rajin menyimak segala tindak-tanduk kekejiannya.

Hebatnya, seringan kapas ia berkeluh “lelah”.

Walau tanpa berkoar nama, seisi jagat raya pun sudah tahu, tabiat dirimu.

Terpatri selamanya, layaknya keanugerahan yang tersandang di namamu, hingga anak cucu.

Belum cukup bahagiakah, terus-menerus menebar bara — menambah luka? 

Teruntuk mu wahai Anugerah, sang penyimak jeritan hati, sang penabur derita, sang pujangga cerita — lara.


– Reen

01.43 am


Leave a comment